Pro
dan Kontra Mobil Murah
“Citizen6,
Jakarta: Isu terbaru dan
cukup hangat adalah masalah mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green
car) produksi Kementerian Perindustrian yang direncanakan akan dijual kepada
masyarakat disamping ekspor.
Reaksi keras
menentang rencana produksi dan memasarkan produk tersebut kedalam masyarakat
datang dari Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta, dan Gubernur Jateng Ganjar
Pranowo, yang kebetulan kedua-duanya dari PDI-P dengan alasan kemacetan kota
Jakarta dan kota-kota di Jawa Tengah akan bertambah parah.”
Apakah rakyat Indonesia
benar-benar membutuhkan mobil murah ini?
Isu tentang mobil murah
ini menuai pro dan kontra dari pemerintahan dan berbagai kalangan masyarakat.
Mungkin apa yang ingin
dilakukan oleh Kementerian Perindustrian berawal dari tujuan untuk
mensejahterakan kehidupan rakyat kecil, yaitu mereka juga bisa merasakan
bepergian dengan menggunakan kendaraan yang layak,tetapi perlu kita ketahui
maju atau tidaknya sebuah negara bukan dilihat dari berapa banyak masyarakat
menengah kebawah yang bisa membeli mobil tapi dari seberapa banyak fasilitas
transportasi umum yang dapat dijalankan secara maksimal oleh masyarakat kita. Contohnya
di luar negeri mereka malah meningkatkan fasilitas transportasi umum agar masyarakatnya bisa
bepergian dengan nyaman dan tidak mengganggu arus lalu lintas(tidak macet). Sedangkan
di Indonesia orang-orang akan berfikir berkali-kali untuk memakai alat
transportasi umum yang ada.
Dengan adanya mobil
murah ini akan menyebabkan masyarakat Indonesia semakin menjadi masyarakat yang
konsumtif. Dan hal itu akan memperparah kemacetan yang ada di Ibukota.selain
kemacetan, dengan adanya mobil murah ini maka tingkat konsumsi bbm bersubsidi
akan semakin meningkat sehingga mau tidak mau harga bbm mungkin bisa meningkat
lagi. Defisit neraca perdagangan
kita selama ini juga disebabkan oleh impor BBM yang semakin meningkat dari
tahun-ketahun.
Isunya mobil murah ini
hanya akan dipasarkan dipedesaan sehingga tidak akan memperparah kemacetan di
ibukota padahal pada kenyataannya masyarakat perkotaanlah yang lebih antusias
menyambut mobil murah ini.
Selain itu hanya
sekitar 15-20% dalam produksi mobil murah yang dapat meningkatkan ekspor kita
karena bahan-bahan otomotif lainnya merupakan hasil impor dari luar negeri
sehingga hal ini juga akan meningkatkan tingkat impor kita.
Walaupun memiliki
beberapa sisi negatif, mobil murah ramah lingungan ini juga memiliki sisi
positif. Sisi positifnya adalah mobil murah ramah lingkungan tersebut dapat
memperkuat industri otomotif di Indonesia khususnya dalam menghadapi persaingan
perdagangan bebas ASEAN 2015 mendatang. Karena akan semakin sulit bagi
Indonesia untuk bersaing jika kita tidak memiliki sesuatu yang bisa di ekspor. Mobil
murah ini juga bertujuan untuk menghindari mobil mobil murah dari negara ASEAN
lainnya untuk menguasai pasar Indonesia.
Meskipun di Indonesia
mobil murah yang ramah lingkungan sangat sedikit, sebelum mengeluarkan mobil
murah tersebut pemerintah seharusnya mempertimbangkan tentang angkutan umum yang semakin banyak dan juga jalan yang
terbatas. serta pada saat peluncuran produk seharusnya pemerintah tidak mengeluarkannya
dalam jumlah yang besar-besaran karena hal tersebut akan meningkatkan kemacetan
dengan kata lain kemacetan semakin parah.
Tetapi menurut pendapat
saya sebelum meningkatkan sektor
industri, pemerintah seharusnya memenuhi kebutuhan pangan terlebih
dahulu sehingga kita tidak perlu meng-impor beras dari negara lain. Perlu kita
ingat bahwa Indonesia pernah melakukan swasembada beras pada tahun 1969 hingga
1984 tetapi setelah tahun-tahun tersebut
Indonesia malah tidak mampu mencukupi kebutuhan beras dalam negeri lagi.
Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikfinance, Selasa
(20/8/2013) beras impor masuk selama Juni sebesar 30.000 ton atau US$ 12,7
juta. Kemudian akumulasi Januari-Juni, impor tercatat sebesar 239.000 ton atau
US$ 124,4 juta.
Alasan mengapa
pemerintah melakukan impor beras adalah untuk menjaga kestabilan harga dan
supaya kebutuha beras di dalan negeri dapat terpenuhi. Seandainya semua
petani-petani beras yang ada di Indonesia diberikan sosialisasi tentang menanam
beras dengan cara yang benar serta diberi solusi tentang bagaimana menangani
hama-hama yang menyebabkan gagal panen mungkin kita bisa mengurangi jumlah
impor beras.
Selain beras perhatian kepada
para petani bawang merah, bawang putih dan kedelai harusnya lebih ditingkatkan.
Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini harga ketiganya semakin meningkat.
Mengapa harga bawang
merah dan bawang putih bisa melonjak setinggi itu? Hal tersebut terjadi karena
adanya gagal panen dari para petani dan jumlah impor bawang merah dan bawang
putih yang sudah tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan para masyarakat lagi. Harga
bawang yang tiba-tiba naik dan turun menyebabkan banyak petani bawang yang
mengeluh karena mengalami kerugian. Selain bawang merah dan bawang putih, harga
cabai juga mulai meningkat.
Begitu juga dengan
kedelai, harga kedelai untuk saat ini masih terus meningkat. Hal tersebut
terjadi karena pemerintah membatasi impor terhadap kedelai, akibatnya jumlah
kedelai yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika harga kedelai
naik maka harga tempe dan tahu juga naik, padahal tempe dan tahu merupakan
makanan mereka sehariutama bagi sebagian masyarakat yang ada di Indonesia. Bahkan
bukan hanya harganya yang naik, beberapa
waktu yang lalu kita malah tidak bisa menemukan tempe dan tahu di pasar, karena
para pedagang tempe dan tahu tidak melakukan proses produksi karena harga
kedelai yang mendadak menjadi sangat mahal.
Jadi menurut saya dibandingkan
dengan mobil murah, mungkin untuk saat ini, kebutuhan terhadap beras, bawang
merah, bawang putih, cabai dan kedelai jauh lebih tinggi daripada keinginan
untuk memiliki mobil murah. Jika kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi,
juga tingkat impor untuk kebutuhan pangan bisa dikurangi maka saya rasa
perekonomian Indonesia bisa lebih baik lagi.
Setelah kebutuhan
pangan terpenuhi maka kita bisa mengembangkan sektor-sektor lainnya untuk
membuat Indonesia yang lebih baik lagi.
Sumber/Referensi
http://habitat.ub.ac.id/index.php/habitat/article/view/100
http://economy.okezone.com/read/2013/09/11/320/864282/kenapa-harga-kedelai-melambung